Untuk menambah koleksi cerpen cinta di blog Enetter.blogspot.com ini, berikut kami share lagi sebuah kisah pendek perihal cinta romantis dengan judul "Rahasia di Balik Sang Mantan" karya Meri Andini.
Selain kisah singkat bertema asmara ini, ada pula puisi cinta, puisi romantis buat pacar dan kata kata mutiara cinta. Jika anda tengah kasmaran, sangat disarankan untuk dibaca. :)
Oke bro/sis... Penasaran menyerupai apa kisahnya? Yuk kita baca bareng-bareng..
RAHASIA DIBALIK SANG MANTAN
Daku terbangun dari tidur, menatap indah langit fajar membuktikan syukur daku pada sang pencipta karena masih memberi daku nafas dengan sejuta kenikmatan, daku pasang kacamata hitam nan tebal diselingi dengan kuncir rambut konyol layaknya anak usia 5 tahun, daku pandangi gestur tubuh yang benar-benar enggan untuk daku lihat, “GENDUT” itu yang mereka katakan pada daku, bahkan kerjakana daku yang formal menciptakan mereka juga sering berkomentar negatif perihal daku, semuanya perihal daku. Mereka.. mereka yang daku sebut semua orang yang menjudge daku sebagai orang yang ter-jelek dan ter-aneh disekolah namun apa daya daku tak sanggup membalas ataupun menentang mereka, alasannya ialah daku hanya seorang siswa yang sangat-sangat biasa dirumah maupun di sekolah, hanya sebuah talenta menulis yang daku sanggup dari Bunda yang melahirkan daku, kadang-kadang memfokuskan wanita-wanita manis bertubuh semampai nan langsing daku menyimpan rasa iri akan kah daku sanggup menyerupai itu?
Daku berjalan menyusuri koridor sekolah yang bisa dikatakan indah itu dengan bunga-bungan bersusun rapi di tepinya, nampak beberapa anak yang tengah menyiraminya dan tampak pula segerombolan anak tengah menatap daku sinis, ehmm… daku tak habis fikir bergotong-royong apa yang ada dibenak mereka? Apakah di atur dalam Undang-undang bahwa anak gendut, dan culun gak boleh mendapatkan perhatian yang layak? Tidakkan.. tidak ada peraturan, hukum, ataupun Undang-undang yang menyatakan demikan, jadi tolong buat kalian anggap lah daku ada dan SAMA menyerupai yang lainnya. Hal itulah yang sering daku utarakan dalam hati, daku tak berani mengatakannya alasannya ialah daku bukan siapa-siapa bagi mereka.
Setiap hari daku hanya bertemankan sebuah buku diary yang selalu daku hiasi dengan kisah hidup daku, menyerupai hari ini daku menulis..
2 Februari 2013
“Tuhan, bukannya daku tak mensyukuri nikmat dan karuniamu yang telah engkau limpahkan pada daku, tapi kumohon Tuhan berikan daku seorang sahabat yang sanggup menemani daku dalam senang maupun sedih.”
“teman ya…” ucap seorag laki-laki bertubuh tinggi menjangkung menghadap kedalam diary daku yang mulai lama tergoda waktu, jujur bahkan daku tak mengenal siapa sosok laki-laki ganteng itu
“kamu siapa? Ap.. apa daku mengenalmu?” ucap daku canggung tat kala berhadapan dengan laki-laki itu, menatap seorang laki-laki ialah hal yang sangat minim daku lakukan bahkan daku belum pernah menatap laki-laki selain ayah.
“daku…? oh… ya sudahlah… kayaknya kau belum mengenalku…” ucapnya singkat sembari mengacungkan tangannya pada daku hendak bersalaman sambil berkata manis “nama aku.. eh maksudku, nama daku Medy… Medy Sastra Wirya… Just call me Medy… namamu?”
“cherry…” tutur daku agak malu sembari melepaskan salaman memfokuskan hal itu medy pribadi tersenyum polos
“sebenernya udah tau sih… anak XI IPA 1 kan?” tanyanya sembari daku mengangguk pelan, dalam hati daku bertanya “kok beliau bisa tau? tidak di izinkan-tidak di izinkan beliau membuntuti daku? Atau beliau seorang detektif yang menyamar menjadi seorang siswa SMA?” Namun fikiran itu dihapus oleh medy dengan suaranya yang agak melengking cerewet
“ih, lagi mikirin aku.. eh.. daku ya?” godanya dengan wajah yang bener-bener konyol
“ti… tidak,” tolak daku bulat-bulat enggan untuk memfokuskan wajahnya yang sanggup menciptakan daku tersenyum “maaf… kalau daku boleh tau kau kelas berapa?” tanya daku menaikkan kepala setara dengan bahunya, sementara ia menundukkan kepalanya sedikit menghadap daku dan berkata “XII IPS 1”
“o..ooohh… abang kelas.. ma… maafkan daku lancang” ucap daku sekali lagi canggung
“ti… tidak… formal banget sih… gak papa lagi saya malah seneng bimetode ma kamu…” ucapnya dengan senyuman yang paling manis
tanpa terasa bel bertanda jam istirahat selesai berbunyi, medy pun menatap daku dengan lugu dan mendadak berdiri terkejut.
“ada pena?” tuturnya menadahkan tangan sembari daku menyampaikan pena yang daku genggam, ia mengeluarkan selembar uang kertas bernominal Rp 5000,- dan menulisinya dengan angka-angka yang mengarah pada dua kata, nomor Hp
“nih, ems.. daku gak punya uang kecil, ambil gih! Jangan di jajanin…” ucapnya sembari berlari pergi.
“kak medy” ucap daku dengan senyuman dan kembali kedalam dunia konkret yang benar-benar menyesakkan, setibanya di rumah daku pribadi mengenggam handphone dengan raut wajah dilema, telpon atau tidak? Benak daku berbimetode sendiri dan perasaan ini sangat aneh tak pernah daku rasakan sebelumnya, daku kuatkan hati dan menekan tanda hijau di tombol handphone peninggalan zaman Belanda alias handphone dengan segudang kekurangan itu, sebenernya Bunda telah menyampaikan daku untuk membeli handphone gres namun daku menolak karena untuk apa daku dibelikan yang gres toh, daku juga gak punya temen buat sms-an bahkan telponan, namun untuk kini daku akan memikirkannya lagi, saking gugupnya daku tak berpengaruh untuk berbimetode dan ketika terdengar bunyi seorang laki-laki daku pribadi menekan tombol merah yang bernaung di handphone itu, gugup itu yang daku rasakan ketika ini, terdengar bunyi jantung daku berdetak dengan cepat dan rasanya wajah daku terbakar panas, satu pesan masuk
Maaf Siapa ya?
Tulisnya singkat namun daku tak sanggup membalas sms dan hasilnya pagipun menjelang dengan sangat cepat layaknya sang surya sudah tak sabar menyinari jagat raya ini, tapi entah kenapa perasaan yang daku rasakan kini sangat berbeda jauh dengan yang sebelumnya, lebih tepatnya daku sangat bersemangat untuk bersekolah, tidak di izinkan-tidak di izinkan ini yang dinamakan jatuh cinta? Daku mengernyitkan pundak sendiri menendakan kebingungan, daku berdiri di depan beling untuk sekali lagi berharap ada keajaiban yang terjadi semalam sehingga tubuh daku sanggup sedikit menyusut, namun ternyata tidak nampaknya tumpukan lemak bertambah banyak dan nyata, apa yang daku makan semalam? Rasanya tak ada?, daku pun menghiraukan tumpukan lemak itu dan bergegas pergi ke sekolah dengan kerjakana kerenya on foot atau jalan kaki ya, jarak dari rumah ke sekolah sih tidak mengecewakan akrab makanya jalan kaki lagian sekalian jogging gitu latihan buat nurunin berat tubuh walaupun 0,5 ons setiap hari, sesuai dengan prikerjakana “sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit”
Setibanya disekolah daku dikejutkan oleh seorang laki-laki yang sama dengan kemarin, ia memberi daku sebuah coklat
“kata orang sih makan coklat sanggup nurunin berat badan” ketusnya polos sembari bersiul riang berjalan mendahului daku yang ketika itu resah karena coklat pemberiaanya. Daku buka pembungkus coklat itu yang terbuat dari alumunium foil, tampaknya ini bukan coklat mahal yang biasa dibelikan abang pada daku, namun daku berusaha untuk memakanya dengan lahap, satu gigitan pikir daku tidak lezat namun itulah awal daku memulai gigitan kedua dan gigitan ketiga ternyata coklat ini sangat enak, bertanda lebel coklat yang terjatuh itu dark coklat kata orang coklat ini populer dengan rasa pahitnya tapi, kok manis ya?
Daku pun mencondongkan kepala sedikit patah kekanan bertanda bingung, pada hasilnya daku kembali menyusuri koridor sekolah dengan tatapan sinis orang-orang menyerupai biasa
Daku duduk di kelas sembari merenungi seseorang yang memberi daku coklat tadi entah apa yang daku fikir tentangya sehingga daku ditegur oleh guru karena tersenyum sendiri, harap maklum awal jatuh cinta mungkin ini tandanya, bel berbunyi berseru jam istirahat telah menghampiri jiwa yang penat memfokuskan dan memikirkan segudang angka, daku duduk ditempat biasa menghadap langit cakrawala yang membentang luas berharap ia tiba menghampiri namun entah mengapa ia tak tiba menyerupai biasa, daku menunggu dengan resah hingga untuk sekali lagi bel membuktikan jam istirahat telah usai berbunyi daku berjalan dengan pupus hingga daku dapati dua orang perempuan tengah membimetodekan orang yang dipikirkan “loe, tau gak medy tadi sakit loh!” ketusnya dengan keras layaknya seorang penggossip handal
“oh, masuk akal aja tadi beliau pulang, gue kira beliau ada masalah” tutur yang satunya lagi menyambung gossip namun ia berhenti tatkala memfokuskan daku jijik dibalik tiang koridor sekolah yang mematung dan berlalu dengan menyimpan kebencian, dalam benak daku berkata masuk akal beliau tak tiba menemui daku tapi apa daya dakupun melengos pergi dengan sejuta kerinduan.
Siang berganti malam daku mulai memegang handphone yang sangat jarang daku pegang mencoba memberanikan diri untuk menelponnya namun untuk sekali lagi daku mengibarkan bendera bertanda S.O.S, daku tak sanggup namun tak beberapa lama handphone daku berdering menyerupai ada yang menelepon…
“Assalamualaikum…” ucapnya agak sedikit bergetar jujur saja daku juga sedikit malu untuk mengangkat telponya
“wa.. waalaikumsalam” jawab daku dengan agak ragu namun entah mengapa suaranya hilang dengan misterius, daku benar-benar resah dengan tindakan kak medy pada daku, semoga saja kak medy… ems… ah, sudahlah daku tak ingin berharap padanya, beliau tampan, menarik, arif dan digandrungi para gadis tengah daku gendut, buruk dan cupu.
Daku pun membaringkan tubuh mengarah ke langit-langit rumah, terbayang sosok kak medy tersenyum pada daku dengan lembut, membayangkan bagaimana ketika beliau menyampaikan daku coklat dan bagaimana ketika beliau menelpon daku tadi, tak terasa daku tersenyum-senyum sendiri membuktikan bahwa daku benar-benar sepenuhnya menyayangi kak medy.
Akhirnya liburan rutinpun tiba daku tak ingin menyia-nyiakan waktu hanya engkang-engkang kaki dirumah, sehabis sholat subuh daku pribadi keluar dari rumah untuk jogging, ya.. hampir setiap hari ahad daku jogging karena berharap bisa agak kurusan hehe… tapi, ahad ini tak menyerupai ahad kemarin tampaknya ada yang mengikuti daku, daku pun tak henti-hentinya melirik kebelakang dengan impian orang tersebut terlihat gelagatnya, namun ketika daku menoleh hanya nampak segerombolan anak kecil bermain membentuk lingkaran, mana mungkin belum dewasa itu mengikuti daku?, dengan seribu langkah daku berjalan cepat dengan impian lebih cepat hingga ketujuan, semakin cepat dan semakin cepat daku berjalan hingga pada hasilnya ada seseorang menyentuh pundak daku dengan sigap daku menghadap kebelakang dengan posisi siap menyerang namun betapa terkejutnya daku tatkala memfokuskan kak medy hendak menangkis tangan daku.
“chery, ini daku” tuturnya formal tampaknya kak medy telah terbiasa mengpergunakan kata formal ketika bersama daku
“kak medy..” tutur daku terkejut menurunkan pukulan
“iya, ini maaf daku buat kau terkejut” ucapnya dengan lembut sembari daku hanya bisa menggelengkan kepala dengan anggunnya “oh, ya… udah makan?” sambungnya agak sedikit menunjuk, dan sekali lagi daku hanya melongo “lg diet?” tuturnya mempertanyakan daku hanya menggaduhkank pelan “ems, daku pernah search di google sarapan itu ialah yang terpenting kalo kagak makan pagi entar siangnya lemes loh?” ucapnya lagi membujuk sedikit paksaan, dengan rasa berat hati daku pun mengikuti ajakannya untuk sarapan, dalam hati ada parasaan yang mengganjal percuma daku jogging hari ini.
“ehem…” tutur kak medy agak menyindir
“ada apa?” ucap daku dengan tenang
“kamu ini orangnya pendiem banget ya…” ungkapnya yang menciptakan daku agak tersedak bubur ayam yang sedari tadi daku suapkan
“aku juga menyerupai itu dulu…” ucapnya sembari melongo beberapa ketika “ah…sudahlah” sambungnya berdiri sembari mengeluarkan secarik uang ketas bernominal Rp 50.000 dan membayarkannya pada tukang bubur
“ayo lari lagi…” tuturnya dengan sigap menarik kedua tangan daku
Sesampainya di rumah tak terasa peluh membanjiri tubuh daku yang agak getir karena berlari, Kak medy yang mengantarku pun telah berjalan pulang menuju arah rumahnya yang bahkan daku tak memahami dimana letaknya.
Keesokan harinya entah apa yang kak medy fikirkan sehingga pulang sekolah ia mengajak daku pergi bersama ke suatu arena bermain tepatnya pasar malam, awalnya daku menolak karena niscaya Ayah dan Bunda tidak memperbolehkan, namun kak medy tetap higienis keras sehingga pamitlah ia pada Ayah dan Bunda, tanpa diduga dengan gaya charmingnya ia pun berhasil menakhlukkan hati Ayah dan Bunda dan pada hasilnya kami pergi ke pasar malam tersebut.
“cherry mau naik apa?” tanyanya pada daku yang agak anti dengan keramaian
“entah terserah abang aja” ucap daku membuatnya tertegun dan pribadi menarik lenganku menjauh dari sentra keramaian, awalnya daku resah hendak di bawa kemana namun kak medy meyakinkan daku, sehingga sampailah daku pada sebuah wahana permainan yang berjudul “Rumah Hantu” ems… setiap kaula muda niscaya menyukai wahana ini alasannya ialah selain sanggup memacu gerak refleks juga bisa memicu adrenalin, alhasil daku keluar dari wahana dengan reksi yang Biasa Aja dan si perjaka yang kata orang pemberani setengah mampus pun keluar dengan keringat cuek yang mengucur deras, daku hanya tersenyum lugu memfokuskannya pucat pasi bahkan lebih pucat dari pada Robert Pattison. Sedang asik tertawa ternyata terdengar bunyi ringtone Hp sang perjaka ia pun pergi agak menjauh dari daku tampak gelagat aneh yang terlukis diwajahnya, sehabis ia mengangkat Hp itu daku pribadi ketus bertanya agak kepo “siapa? pacar kakak?”
“bu.. bukan.. temen kok.. ems, udah melem pulang yuk!” ajaknya sembari menarik tas daku yang menjuntai, kami pun menunggu bus trans di halte tak jauh dari pasar malam tak sanggup daku pungkiri alasan ia hari ini tak membawa kendaraan beroda empat sedan mencelingnya ialah alasannya ialah kendaraan beroda empat kesayangannya itu tengah di rumah sakit dalam keadaan keritis, tampak bersebelahan matanya memandang tajam dan romantis ke arah mata daku, seakan mengisyaratkan ”cherry, maukah kau menjadi pacar daku?” wajah daku mulai memerah dengan senyum yang lebih manis dari biasanya daku kibaskan pelan rambut daku yang lurus terurai, tak berapa lama ia tertawa kecil dan menghentikan pandangannya itu dan memulai pembimetodean
“cherry…”
“hnm” jawab daku gemetar dan mencoba memandang matanya
“a…aku” tuturnya gugup sementara daku semakin memicingkan mata bertanda rasa ingin tau yang tinggi
“a… aku…”
“ya…”
Gluk, ditelannya air ludah yang hampir mengering “aku Cuma mau bilang kalo… kalo hujan akan segera turun”
“hek…”
dengan sekejap hujan yang tadinya rintik bermetamorfosis deras seakan bersekongkol bus trans yang kami tunggu pun tiba dengan heroiknya, masuk kedalam bus mungkin menjadi solusi yang sangat tepat, namun didalam bus hanya tersisa 2 bangku penumpang yang kosong dan sangat-sangat berjauhan, kak medy pun mengangguk pelan pada daku yang agak gusar karena tak sanggup duduk bersebelahan denganya, daku hanya sanggup memandang kak medy dari kajauhan nampak ia tengah mengetik sebuah pesan singkat pada seseorang dan tak lama dari itu sebuah pesan singkat mendarat pada Hp daku, untungnya daku telah mematikan nada pesan masuk kalo tidak bisa malu…
One messege
Cherry…
=>hn…
Loe lg apa?
=> apa dirimu tak memfokuskan kalau daku tengah duduk?
Oh, iya yah, pertanyaan yang kekanak-kanakan
=> hn
Jawab daku ringan berharap ada kata-kata indah yang akan kak medy ucapkan malam ini pada daku
One messege
Cherry…daku mau bilang kalo daku suka ma kamu!
=> -
Daku tak sanggup menjawab, jantung daku mulai berdetak sangat-sangat cepat, wajah daku tampaknya menampakkan warna yang merona.
One messege
Kamu gak suka daku ya? :(
=> .bu.. bukan begitu… da.. daku juga suka kak medy!
Ha… serius! jadi mulai hari ini kita pametoden?
=> ems..terserah, tapi kak nanti apa kata orang-orang!
Ih, tidak di izinkan dengerin orang-orang yang penting kita pametoden, saya suka kamu, kau suka aku, kita sama-sama suka
=> ?
Dan pada malam itu daku pun mulai mencicipi yang namanya cinta dan kasih sayang dari seorang pujaan hati, ya walaupun disekolah semua orang menatap kami sinis, mereka sering bilang kalo daku dan kak medy tuh gak cocok, semetode kak medy kan pinter, ganteng, keren dan daku apa? Gendut dan jelek
“kak…” ucap daku singkat ketika duduk ditaman yang biasa kami datangi
“hn” jawabnya menghentikan ametode membaca novel dan berbalik arah menatap daku “ada apa?” sambungnya dengan wajah polos yang selalu berhasil menarik daku ke dalam dekap cintanya
“daku ingin diet” ketus daku membuatnya tersedak dengan kaimat-kalimat mumet yang ada dalam memory nya
“di…diet?” tanyanya seolah tak percaya dengan yang ada “tapi untuk apa?”
“daku ingin abang tak dicaci lagi oleh orang-orang karena mekepunyaani pacar yang gendut menyerupai daku” ucap daku dengan 100 % ambisi.
“tapi…”
“ssssttttt, tidak di izinkan bilang apapun kak, daku lapang dada kok… ahad pagi jogging ya!” tutur daku meyakinkan nampaknya ada yang aneh pada raut wajah kak medy
Minggu paginya daku dan kak medy pun jogging untuk sedikit menurunkan berat tubuh daku, begitupun sorenya daku jogging lagi, beberapa bulan ini bener-bener sangat melelahkan bagaimana tidak setiap hari daku harus makan sayur dan buah tanpa nasi… whats daku kan orang Indonesia asli, sangat ancaman bila makan tanpa nasi, rasanya menyerupai pelajaran matematika tanpa angka, terkadang kak medy menyuruh daku untuk berhenti dari kegiatan ini namun daku menolak mentah-mentah, dan endingnya 2 bulan berlalu dan berat tubuh daku menurun drastis 25kg, bahkan kini semua baju daku dinyatakan kebesaran, sifat belum dewasa disekolah pun berubah drastis dari yang tadinya mencaci menjadi memuji, senang rasanya sekolah dengan tenang dan bahagia, hingga pada hasilnya daku menemui seorang laki-laki berpostur tinggi nan ganteng tengah mengobrol ria siapa lagi kalau bukan kak medy dan teman-temannya fikir daku hendak menyapanya namun kaki daku terhenti tatkala sahabatnya menyampaikan sesuatu
“wah… kan apa gue bilang medy! beliau tuh orang yang sempurna kini kite nih yang tekor karena harus bayar loe!” ketus sahabatnya yang menggunakan seragam urak-urakan
Dengan sigap kaki daku mencoba agak mendekat dengan mereka sedikit menguping (tidak di izinkan meniru)
“iya, med… gue nyesel kenapa gak gue aja gitu yang nembak beliau terus diterima, then beliau jadi kurus+cantik dan bonusnya menang TARUHAN” tutur yang satu lagi dengan nada bunyi yang agak melengking nampak medy hanya tersenyum polos menyerupai biasanya dengan cepat langkah kaki daku menghampiri mereka dengan raut gusar daku mendekat mencoba meraih pundak laki-laki ganteng itu dan PLAAKKKK tak sengaja sentuhan cinta ditambah dengan tenaga sedikit membekas di wajahnya yang mulus itu, linangan air mata yang sedari tadi mengalir memburamkan pengelihatan daku
“kenapa kau lakukan ini pada daku?” tutur daku membentaknya dengan berpengaruh sementara kak medy hanya memegang pipinya
“bu… bukan maksudku cheryy”
“bukan maksudmu tapi masih kau perbuat, daku kira kak medy tak sama dengan laki-laki yang lain tapi apa! Kak medy lebih 100000000 PARAH daripada mereka” ketus daku ke arah kak medy yang agak shock mendengar ucapan bergairah daku, harus diakui karna gres kali ini daku sanggup meluapkan emosi, daku pun segera berlari dengan backsound bunyi panggilan dari kak medy yang mencoba mengejar “tak usah mengejar daku, mulai kini kita gak ada kekerabatan sama sekali… KITA PUTUS” jerit daku berbalik sejenak memfokuskan kak medy yang hampir setengah sadar dan berhenti mengejar daku
Air mata daku masih berlinang ditengah malam yang begitu indah, daku pandangi foto-foto indah bersamanya untuk sekali lagi daku menangis kencang layaknya seorang pujangga kehilangan cinta sejatinya.
6 bulan berlalu sejak hari itu daku tak pernah lagi memfokuskan kak medy, keberhasilan belum dewasa kelas 12 telah berlangsung 3 bulan yang lalu, mungkin kini kak medy telah menemukan pengganti daku, jujur hingga ketika ini daku belum sanggup melupakan kak medy atas cinta yang pernah ia berikan pada daku, walaupun cinta itu dilandasi dengan taruhan.
Tak berapa lama daku terduduk diam ditaman biasa entah mengapa di bangku panjang itu nampak sebuah buku diary renta yang percis sama menyerupai kepunyaan daku tertanda Medy Sastra Wirya daku buka lembar demi lembar diary tersebut hingga daku temukan sebuah halaman
Diary cantikmu tertinggal pada hari ini chery? Kamu tak ingat? Ya sudah agar saya yang menyimpan dan melanjutkannya untuk mu…
Daku buka lembar berikutnya
12 feb 2013
Teman-temanku menganggapmu mainan, saya sedikit tak terima dan saya sangat membenci mereka. Bagaimana mungkin seorang perempuan baik hati sepertimu menjadi ajang taruhan, namun hasilnya saya terima juga karena mereka yang memaksaku chery.
Untuk sekali lagi daku membuka lembaran selanjutnya, terasa air mata
daku sedikit berlinang
17 feb 2013
Aku sangat senang karna bisa jalan bersamamu, saya tau kau tak banyak bimetode namun itulah yang membuatmu menarik, namun ada hal yang ku benci mereka membuntutiku chery, mereka menyuruhku menyatakan cinta padamu sejujurnya saya sangat senang untuk menyatakan cinta padamu, tapi saya tak mau endingnya kau tau bahwa ini soal taruhan. Di bus saya merasa sangat gugup saya khawatir kau tak mendapatkan cintaku tapi syukurlah kau menerimanya, chery asalkan kau tau saya tak peduli kau itu gendut atau buruk yang penting kini insan dimata Allah tuh sama chery…:) I LOVE U
Air mata menetes sedikit di pipi daku untuk membalikkan selembar kertas berikutnya
20 feb 2013
Aku agak terkejut memfokuskanmu, meminta izin padaku untuk diet, jujur saja
saya lebih suka kau yang apa adanya ;(
17 april 2013
Kamu manis banget chery, sempet pangling lihat kau yang sekarang, hembb, tapi banyak buanget yang ngincer kau sekarang… ;(
Tapi memfokuskanmu berlari dan meneriakkan namaku sudah membuatku senang
Dan akhirmya lembaran terkhir yang tulisannya nampak awut-awutan dan kertasnya separuh robek melekat tak terarah dakupun mulai membacanya dengan penasaran
01 mei 2013
Akhirnya kau memahaminya juga, kau nampak kecewa padaku terlihat dari raut air wajahmu, tamparan yang kau berikan itu kurang dan sangat kurang melambangkan kekecewaan dan kesakitanmu, maafkan saya chery…
Tapi ada sesuatu yang harus kukatakan bahwa saya mencintaimu sebelum teman-temanku mengajak taruhan alasan pertama saya menyukaimu adalah:
1. Kamu sama sepertiku, jujur dulu saya pernah gendut sama sepertimu, saya merasa kita satu nasib chery, dulu saya juga dibenci, dimaki, dibully, maka dari itu saya ingin melindungimu dari mereka
2. Aku suka kau apa adanya
3. Senyummu mengalihkan duniaku
daku berhenti membaca dan menangis tersegan-segan tapi goresan pena didalam diary itu belum selesai menyerupai coretan yang agak tipis sehingga sanggup terbaca dengan sedikit kecutan di dahi.
Jangan beri tahu siapapun kalau kau mencintaiku, biarkan saya yang memberi tau dunia bahwa kau kekasih yang ku cintai.
I LOVE U CHERRY
Kalimatnya benar-benar terhenti dan untuk sekali lagi daku menangis tersegan hingga pada saatnya ada sebuat balon yang terlihat dihadapan daku, di bawahnya terdapat juntaian coklat yang berinisial dark coklat, daku berharap kak medy yang datang, namun ternyata seorang anak kecil berparas ganteng mengacungkan balonnya dengan cepat daku menghapus airmata
“kakak tidak di izinkan menangis, nanti buruk loh…” ucap anak itu
“untuk kakak?” tanya daku polos sehingga anak itu menganguk pelan
“wah, makasih banyak ya bilang ke mamanya”
“kok ke mama sih?”
“jadi ke siapa?” tanya daku lagi
“ke kakak, yang itu!” menunjuk ke arah sebuah pohon yang rindang terdapat dibawahnya seorang laki-laki yang tak terang wajahnya tanpa berfikir panjang daku lansung memastikan sesuatu daku menghampirinya dengan deg-degan
“maaf…” belum sempat menuntaskan kalimat ia pribadi memotong
“itu diary kepunyaanku”
---the end------
Sekian cerpen cinta romantis karangan Meri Andini yang berjudul Rahasia di Balik Sang Mantan. Semoga ada nasihat yang bisa kita pelajari dari kisah singkat asmara diatas. Baca juga cerpen lucu atau cerita lucu terupdate.
Cerita Pendek Cinta lainnya:
Selamat membaca dan tidak di izinkan lupa ya "like & share" ke taman-teman kalian. :)
Selain kisah singkat bertema asmara ini, ada pula puisi cinta, puisi romantis buat pacar dan kata kata mutiara cinta. Jika anda tengah kasmaran, sangat disarankan untuk dibaca. :)
Oke bro/sis... Penasaran menyerupai apa kisahnya? Yuk kita baca bareng-bareng..
RAHASIA DIBALIK SANG MANTAN
Daku terbangun dari tidur, menatap indah langit fajar membuktikan syukur daku pada sang pencipta karena masih memberi daku nafas dengan sejuta kenikmatan, daku pasang kacamata hitam nan tebal diselingi dengan kuncir rambut konyol layaknya anak usia 5 tahun, daku pandangi gestur tubuh yang benar-benar enggan untuk daku lihat, “GENDUT” itu yang mereka katakan pada daku, bahkan kerjakana daku yang formal menciptakan mereka juga sering berkomentar negatif perihal daku, semuanya perihal daku. Mereka.. mereka yang daku sebut semua orang yang menjudge daku sebagai orang yang ter-jelek dan ter-aneh disekolah namun apa daya daku tak sanggup membalas ataupun menentang mereka, alasannya ialah daku hanya seorang siswa yang sangat-sangat biasa dirumah maupun di sekolah, hanya sebuah talenta menulis yang daku sanggup dari Bunda yang melahirkan daku, kadang-kadang memfokuskan wanita-wanita manis bertubuh semampai nan langsing daku menyimpan rasa iri akan kah daku sanggup menyerupai itu?
Daku berjalan menyusuri koridor sekolah yang bisa dikatakan indah itu dengan bunga-bungan bersusun rapi di tepinya, nampak beberapa anak yang tengah menyiraminya dan tampak pula segerombolan anak tengah menatap daku sinis, ehmm… daku tak habis fikir bergotong-royong apa yang ada dibenak mereka? Apakah di atur dalam Undang-undang bahwa anak gendut, dan culun gak boleh mendapatkan perhatian yang layak? Tidakkan.. tidak ada peraturan, hukum, ataupun Undang-undang yang menyatakan demikan, jadi tolong buat kalian anggap lah daku ada dan SAMA menyerupai yang lainnya. Hal itulah yang sering daku utarakan dalam hati, daku tak berani mengatakannya alasannya ialah daku bukan siapa-siapa bagi mereka.
Setiap hari daku hanya bertemankan sebuah buku diary yang selalu daku hiasi dengan kisah hidup daku, menyerupai hari ini daku menulis..
2 Februari 2013
“Tuhan, bukannya daku tak mensyukuri nikmat dan karuniamu yang telah engkau limpahkan pada daku, tapi kumohon Tuhan berikan daku seorang sahabat yang sanggup menemani daku dalam senang maupun sedih.”
“teman ya…” ucap seorag laki-laki bertubuh tinggi menjangkung menghadap kedalam diary daku yang mulai lama tergoda waktu, jujur bahkan daku tak mengenal siapa sosok laki-laki ganteng itu
“kamu siapa? Ap.. apa daku mengenalmu?” ucap daku canggung tat kala berhadapan dengan laki-laki itu, menatap seorang laki-laki ialah hal yang sangat minim daku lakukan bahkan daku belum pernah menatap laki-laki selain ayah.
“daku…? oh… ya sudahlah… kayaknya kau belum mengenalku…” ucapnya singkat sembari mengacungkan tangannya pada daku hendak bersalaman sambil berkata manis “nama aku.. eh maksudku, nama daku Medy… Medy Sastra Wirya… Just call me Medy… namamu?”
“cherry…” tutur daku agak malu sembari melepaskan salaman memfokuskan hal itu medy pribadi tersenyum polos
“sebenernya udah tau sih… anak XI IPA 1 kan?” tanyanya sembari daku mengangguk pelan, dalam hati daku bertanya “kok beliau bisa tau? tidak di izinkan-tidak di izinkan beliau membuntuti daku? Atau beliau seorang detektif yang menyamar menjadi seorang siswa SMA?” Namun fikiran itu dihapus oleh medy dengan suaranya yang agak melengking cerewet
“ih, lagi mikirin aku.. eh.. daku ya?” godanya dengan wajah yang bener-bener konyol
“ti… tidak,” tolak daku bulat-bulat enggan untuk memfokuskan wajahnya yang sanggup menciptakan daku tersenyum “maaf… kalau daku boleh tau kau kelas berapa?” tanya daku menaikkan kepala setara dengan bahunya, sementara ia menundukkan kepalanya sedikit menghadap daku dan berkata “XII IPS 1”
“o..ooohh… abang kelas.. ma… maafkan daku lancang” ucap daku sekali lagi canggung
“ti… tidak… formal banget sih… gak papa lagi saya malah seneng bimetode ma kamu…” ucapnya dengan senyuman yang paling manis
tanpa terasa bel bertanda jam istirahat selesai berbunyi, medy pun menatap daku dengan lugu dan mendadak berdiri terkejut.
“ada pena?” tuturnya menadahkan tangan sembari daku menyampaikan pena yang daku genggam, ia mengeluarkan selembar uang kertas bernominal Rp 5000,- dan menulisinya dengan angka-angka yang mengarah pada dua kata, nomor Hp
“nih, ems.. daku gak punya uang kecil, ambil gih! Jangan di jajanin…” ucapnya sembari berlari pergi.
“kak medy” ucap daku dengan senyuman dan kembali kedalam dunia konkret yang benar-benar menyesakkan, setibanya di rumah daku pribadi mengenggam handphone dengan raut wajah dilema, telpon atau tidak? Benak daku berbimetode sendiri dan perasaan ini sangat aneh tak pernah daku rasakan sebelumnya, daku kuatkan hati dan menekan tanda hijau di tombol handphone peninggalan zaman Belanda alias handphone dengan segudang kekurangan itu, sebenernya Bunda telah menyampaikan daku untuk membeli handphone gres namun daku menolak karena untuk apa daku dibelikan yang gres toh, daku juga gak punya temen buat sms-an bahkan telponan, namun untuk kini daku akan memikirkannya lagi, saking gugupnya daku tak berpengaruh untuk berbimetode dan ketika terdengar bunyi seorang laki-laki daku pribadi menekan tombol merah yang bernaung di handphone itu, gugup itu yang daku rasakan ketika ini, terdengar bunyi jantung daku berdetak dengan cepat dan rasanya wajah daku terbakar panas, satu pesan masuk
Maaf Siapa ya?
Tulisnya singkat namun daku tak sanggup membalas sms dan hasilnya pagipun menjelang dengan sangat cepat layaknya sang surya sudah tak sabar menyinari jagat raya ini, tapi entah kenapa perasaan yang daku rasakan kini sangat berbeda jauh dengan yang sebelumnya, lebih tepatnya daku sangat bersemangat untuk bersekolah, tidak di izinkan-tidak di izinkan ini yang dinamakan jatuh cinta? Daku mengernyitkan pundak sendiri menendakan kebingungan, daku berdiri di depan beling untuk sekali lagi berharap ada keajaiban yang terjadi semalam sehingga tubuh daku sanggup sedikit menyusut, namun ternyata tidak nampaknya tumpukan lemak bertambah banyak dan nyata, apa yang daku makan semalam? Rasanya tak ada?, daku pun menghiraukan tumpukan lemak itu dan bergegas pergi ke sekolah dengan kerjakana kerenya on foot atau jalan kaki ya, jarak dari rumah ke sekolah sih tidak mengecewakan akrab makanya jalan kaki lagian sekalian jogging gitu latihan buat nurunin berat tubuh walaupun 0,5 ons setiap hari, sesuai dengan prikerjakana “sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit”
Setibanya disekolah daku dikejutkan oleh seorang laki-laki yang sama dengan kemarin, ia memberi daku sebuah coklat
“kata orang sih makan coklat sanggup nurunin berat badan” ketusnya polos sembari bersiul riang berjalan mendahului daku yang ketika itu resah karena coklat pemberiaanya. Daku buka pembungkus coklat itu yang terbuat dari alumunium foil, tampaknya ini bukan coklat mahal yang biasa dibelikan abang pada daku, namun daku berusaha untuk memakanya dengan lahap, satu gigitan pikir daku tidak lezat namun itulah awal daku memulai gigitan kedua dan gigitan ketiga ternyata coklat ini sangat enak, bertanda lebel coklat yang terjatuh itu dark coklat kata orang coklat ini populer dengan rasa pahitnya tapi, kok manis ya?
Daku pun mencondongkan kepala sedikit patah kekanan bertanda bingung, pada hasilnya daku kembali menyusuri koridor sekolah dengan tatapan sinis orang-orang menyerupai biasa
Daku duduk di kelas sembari merenungi seseorang yang memberi daku coklat tadi entah apa yang daku fikir tentangya sehingga daku ditegur oleh guru karena tersenyum sendiri, harap maklum awal jatuh cinta mungkin ini tandanya, bel berbunyi berseru jam istirahat telah menghampiri jiwa yang penat memfokuskan dan memikirkan segudang angka, daku duduk ditempat biasa menghadap langit cakrawala yang membentang luas berharap ia tiba menghampiri namun entah mengapa ia tak tiba menyerupai biasa, daku menunggu dengan resah hingga untuk sekali lagi bel membuktikan jam istirahat telah usai berbunyi daku berjalan dengan pupus hingga daku dapati dua orang perempuan tengah membimetodekan orang yang dipikirkan “loe, tau gak medy tadi sakit loh!” ketusnya dengan keras layaknya seorang penggossip handal
“oh, masuk akal aja tadi beliau pulang, gue kira beliau ada masalah” tutur yang satunya lagi menyambung gossip namun ia berhenti tatkala memfokuskan daku jijik dibalik tiang koridor sekolah yang mematung dan berlalu dengan menyimpan kebencian, dalam benak daku berkata masuk akal beliau tak tiba menemui daku tapi apa daya dakupun melengos pergi dengan sejuta kerinduan.
Siang berganti malam daku mulai memegang handphone yang sangat jarang daku pegang mencoba memberanikan diri untuk menelponnya namun untuk sekali lagi daku mengibarkan bendera bertanda S.O.S, daku tak sanggup namun tak beberapa lama handphone daku berdering menyerupai ada yang menelepon…
“Assalamualaikum…” ucapnya agak sedikit bergetar jujur saja daku juga sedikit malu untuk mengangkat telponya
“wa.. waalaikumsalam” jawab daku dengan agak ragu namun entah mengapa suaranya hilang dengan misterius, daku benar-benar resah dengan tindakan kak medy pada daku, semoga saja kak medy… ems… ah, sudahlah daku tak ingin berharap padanya, beliau tampan, menarik, arif dan digandrungi para gadis tengah daku gendut, buruk dan cupu.
Daku pun membaringkan tubuh mengarah ke langit-langit rumah, terbayang sosok kak medy tersenyum pada daku dengan lembut, membayangkan bagaimana ketika beliau menyampaikan daku coklat dan bagaimana ketika beliau menelpon daku tadi, tak terasa daku tersenyum-senyum sendiri membuktikan bahwa daku benar-benar sepenuhnya menyayangi kak medy.
Akhirnya liburan rutinpun tiba daku tak ingin menyia-nyiakan waktu hanya engkang-engkang kaki dirumah, sehabis sholat subuh daku pribadi keluar dari rumah untuk jogging, ya.. hampir setiap hari ahad daku jogging karena berharap bisa agak kurusan hehe… tapi, ahad ini tak menyerupai ahad kemarin tampaknya ada yang mengikuti daku, daku pun tak henti-hentinya melirik kebelakang dengan impian orang tersebut terlihat gelagatnya, namun ketika daku menoleh hanya nampak segerombolan anak kecil bermain membentuk lingkaran, mana mungkin belum dewasa itu mengikuti daku?, dengan seribu langkah daku berjalan cepat dengan impian lebih cepat hingga ketujuan, semakin cepat dan semakin cepat daku berjalan hingga pada hasilnya ada seseorang menyentuh pundak daku dengan sigap daku menghadap kebelakang dengan posisi siap menyerang namun betapa terkejutnya daku tatkala memfokuskan kak medy hendak menangkis tangan daku.
“chery, ini daku” tuturnya formal tampaknya kak medy telah terbiasa mengpergunakan kata formal ketika bersama daku
“kak medy..” tutur daku terkejut menurunkan pukulan
“iya, ini maaf daku buat kau terkejut” ucapnya dengan lembut sembari daku hanya bisa menggelengkan kepala dengan anggunnya “oh, ya… udah makan?” sambungnya agak sedikit menunjuk, dan sekali lagi daku hanya melongo “lg diet?” tuturnya mempertanyakan daku hanya menggaduhkank pelan “ems, daku pernah search di google sarapan itu ialah yang terpenting kalo kagak makan pagi entar siangnya lemes loh?” ucapnya lagi membujuk sedikit paksaan, dengan rasa berat hati daku pun mengikuti ajakannya untuk sarapan, dalam hati ada parasaan yang mengganjal percuma daku jogging hari ini.
“ehem…” tutur kak medy agak menyindir
“ada apa?” ucap daku dengan tenang
“kamu ini orangnya pendiem banget ya…” ungkapnya yang menciptakan daku agak tersedak bubur ayam yang sedari tadi daku suapkan
“aku juga menyerupai itu dulu…” ucapnya sembari melongo beberapa ketika “ah…sudahlah” sambungnya berdiri sembari mengeluarkan secarik uang ketas bernominal Rp 50.000 dan membayarkannya pada tukang bubur
“ayo lari lagi…” tuturnya dengan sigap menarik kedua tangan daku
Sesampainya di rumah tak terasa peluh membanjiri tubuh daku yang agak getir karena berlari, Kak medy yang mengantarku pun telah berjalan pulang menuju arah rumahnya yang bahkan daku tak memahami dimana letaknya.
Keesokan harinya entah apa yang kak medy fikirkan sehingga pulang sekolah ia mengajak daku pergi bersama ke suatu arena bermain tepatnya pasar malam, awalnya daku menolak karena niscaya Ayah dan Bunda tidak memperbolehkan, namun kak medy tetap higienis keras sehingga pamitlah ia pada Ayah dan Bunda, tanpa diduga dengan gaya charmingnya ia pun berhasil menakhlukkan hati Ayah dan Bunda dan pada hasilnya kami pergi ke pasar malam tersebut.
“cherry mau naik apa?” tanyanya pada daku yang agak anti dengan keramaian
“entah terserah abang aja” ucap daku membuatnya tertegun dan pribadi menarik lenganku menjauh dari sentra keramaian, awalnya daku resah hendak di bawa kemana namun kak medy meyakinkan daku, sehingga sampailah daku pada sebuah wahana permainan yang berjudul “Rumah Hantu” ems… setiap kaula muda niscaya menyukai wahana ini alasannya ialah selain sanggup memacu gerak refleks juga bisa memicu adrenalin, alhasil daku keluar dari wahana dengan reksi yang Biasa Aja dan si perjaka yang kata orang pemberani setengah mampus pun keluar dengan keringat cuek yang mengucur deras, daku hanya tersenyum lugu memfokuskannya pucat pasi bahkan lebih pucat dari pada Robert Pattison. Sedang asik tertawa ternyata terdengar bunyi ringtone Hp sang perjaka ia pun pergi agak menjauh dari daku tampak gelagat aneh yang terlukis diwajahnya, sehabis ia mengangkat Hp itu daku pribadi ketus bertanya agak kepo “siapa? pacar kakak?”
“bu.. bukan.. temen kok.. ems, udah melem pulang yuk!” ajaknya sembari menarik tas daku yang menjuntai, kami pun menunggu bus trans di halte tak jauh dari pasar malam tak sanggup daku pungkiri alasan ia hari ini tak membawa kendaraan beroda empat sedan mencelingnya ialah alasannya ialah kendaraan beroda empat kesayangannya itu tengah di rumah sakit dalam keadaan keritis, tampak bersebelahan matanya memandang tajam dan romantis ke arah mata daku, seakan mengisyaratkan ”cherry, maukah kau menjadi pacar daku?” wajah daku mulai memerah dengan senyum yang lebih manis dari biasanya daku kibaskan pelan rambut daku yang lurus terurai, tak berapa lama ia tertawa kecil dan menghentikan pandangannya itu dan memulai pembimetodean
“cherry…”
“hnm” jawab daku gemetar dan mencoba memandang matanya
“a…aku” tuturnya gugup sementara daku semakin memicingkan mata bertanda rasa ingin tau yang tinggi
“a… aku…”
“ya…”
Gluk, ditelannya air ludah yang hampir mengering “aku Cuma mau bilang kalo… kalo hujan akan segera turun”
“hek…”
dengan sekejap hujan yang tadinya rintik bermetamorfosis deras seakan bersekongkol bus trans yang kami tunggu pun tiba dengan heroiknya, masuk kedalam bus mungkin menjadi solusi yang sangat tepat, namun didalam bus hanya tersisa 2 bangku penumpang yang kosong dan sangat-sangat berjauhan, kak medy pun mengangguk pelan pada daku yang agak gusar karena tak sanggup duduk bersebelahan denganya, daku hanya sanggup memandang kak medy dari kajauhan nampak ia tengah mengetik sebuah pesan singkat pada seseorang dan tak lama dari itu sebuah pesan singkat mendarat pada Hp daku, untungnya daku telah mematikan nada pesan masuk kalo tidak bisa malu…
One messege
Cherry…
=>hn…
Loe lg apa?
=> apa dirimu tak memfokuskan kalau daku tengah duduk?
Oh, iya yah, pertanyaan yang kekanak-kanakan
=> hn
Jawab daku ringan berharap ada kata-kata indah yang akan kak medy ucapkan malam ini pada daku
One messege
Cherry…daku mau bilang kalo daku suka ma kamu!
=> -
Daku tak sanggup menjawab, jantung daku mulai berdetak sangat-sangat cepat, wajah daku tampaknya menampakkan warna yang merona.
One messege
Kamu gak suka daku ya? :(
=> .bu.. bukan begitu… da.. daku juga suka kak medy!
Ha… serius! jadi mulai hari ini kita pametoden?
=> ems..terserah, tapi kak nanti apa kata orang-orang!
Ih, tidak di izinkan dengerin orang-orang yang penting kita pametoden, saya suka kamu, kau suka aku, kita sama-sama suka
=> ?
Dan pada malam itu daku pun mulai mencicipi yang namanya cinta dan kasih sayang dari seorang pujaan hati, ya walaupun disekolah semua orang menatap kami sinis, mereka sering bilang kalo daku dan kak medy tuh gak cocok, semetode kak medy kan pinter, ganteng, keren dan daku apa? Gendut dan jelek
“kak…” ucap daku singkat ketika duduk ditaman yang biasa kami datangi
“hn” jawabnya menghentikan ametode membaca novel dan berbalik arah menatap daku “ada apa?” sambungnya dengan wajah polos yang selalu berhasil menarik daku ke dalam dekap cintanya
“daku ingin diet” ketus daku membuatnya tersedak dengan kaimat-kalimat mumet yang ada dalam memory nya
“di…diet?” tanyanya seolah tak percaya dengan yang ada “tapi untuk apa?”
“daku ingin abang tak dicaci lagi oleh orang-orang karena mekepunyaani pacar yang gendut menyerupai daku” ucap daku dengan 100 % ambisi.
“tapi…”
“ssssttttt, tidak di izinkan bilang apapun kak, daku lapang dada kok… ahad pagi jogging ya!” tutur daku meyakinkan nampaknya ada yang aneh pada raut wajah kak medy
Minggu paginya daku dan kak medy pun jogging untuk sedikit menurunkan berat tubuh daku, begitupun sorenya daku jogging lagi, beberapa bulan ini bener-bener sangat melelahkan bagaimana tidak setiap hari daku harus makan sayur dan buah tanpa nasi… whats daku kan orang Indonesia asli, sangat ancaman bila makan tanpa nasi, rasanya menyerupai pelajaran matematika tanpa angka, terkadang kak medy menyuruh daku untuk berhenti dari kegiatan ini namun daku menolak mentah-mentah, dan endingnya 2 bulan berlalu dan berat tubuh daku menurun drastis 25kg, bahkan kini semua baju daku dinyatakan kebesaran, sifat belum dewasa disekolah pun berubah drastis dari yang tadinya mencaci menjadi memuji, senang rasanya sekolah dengan tenang dan bahagia, hingga pada hasilnya daku menemui seorang laki-laki berpostur tinggi nan ganteng tengah mengobrol ria siapa lagi kalau bukan kak medy dan teman-temannya fikir daku hendak menyapanya namun kaki daku terhenti tatkala sahabatnya menyampaikan sesuatu
“wah… kan apa gue bilang medy! beliau tuh orang yang sempurna kini kite nih yang tekor karena harus bayar loe!” ketus sahabatnya yang menggunakan seragam urak-urakan
Dengan sigap kaki daku mencoba agak mendekat dengan mereka sedikit menguping (tidak di izinkan meniru)
“iya, med… gue nyesel kenapa gak gue aja gitu yang nembak beliau terus diterima, then beliau jadi kurus+cantik dan bonusnya menang TARUHAN” tutur yang satu lagi dengan nada bunyi yang agak melengking nampak medy hanya tersenyum polos menyerupai biasanya dengan cepat langkah kaki daku menghampiri mereka dengan raut gusar daku mendekat mencoba meraih pundak laki-laki ganteng itu dan PLAAKKKK tak sengaja sentuhan cinta ditambah dengan tenaga sedikit membekas di wajahnya yang mulus itu, linangan air mata yang sedari tadi mengalir memburamkan pengelihatan daku
“kenapa kau lakukan ini pada daku?” tutur daku membentaknya dengan berpengaruh sementara kak medy hanya memegang pipinya
“bu… bukan maksudku cheryy”
“bukan maksudmu tapi masih kau perbuat, daku kira kak medy tak sama dengan laki-laki yang lain tapi apa! Kak medy lebih 100000000 PARAH daripada mereka” ketus daku ke arah kak medy yang agak shock mendengar ucapan bergairah daku, harus diakui karna gres kali ini daku sanggup meluapkan emosi, daku pun segera berlari dengan backsound bunyi panggilan dari kak medy yang mencoba mengejar “tak usah mengejar daku, mulai kini kita gak ada kekerabatan sama sekali… KITA PUTUS” jerit daku berbalik sejenak memfokuskan kak medy yang hampir setengah sadar dan berhenti mengejar daku
Air mata daku masih berlinang ditengah malam yang begitu indah, daku pandangi foto-foto indah bersamanya untuk sekali lagi daku menangis kencang layaknya seorang pujangga kehilangan cinta sejatinya.
6 bulan berlalu sejak hari itu daku tak pernah lagi memfokuskan kak medy, keberhasilan belum dewasa kelas 12 telah berlangsung 3 bulan yang lalu, mungkin kini kak medy telah menemukan pengganti daku, jujur hingga ketika ini daku belum sanggup melupakan kak medy atas cinta yang pernah ia berikan pada daku, walaupun cinta itu dilandasi dengan taruhan.
Tak berapa lama daku terduduk diam ditaman biasa entah mengapa di bangku panjang itu nampak sebuah buku diary renta yang percis sama menyerupai kepunyaan daku tertanda Medy Sastra Wirya daku buka lembar demi lembar diary tersebut hingga daku temukan sebuah halaman
Diary cantikmu tertinggal pada hari ini chery? Kamu tak ingat? Ya sudah agar saya yang menyimpan dan melanjutkannya untuk mu…
Daku buka lembar berikutnya
12 feb 2013
Teman-temanku menganggapmu mainan, saya sedikit tak terima dan saya sangat membenci mereka. Bagaimana mungkin seorang perempuan baik hati sepertimu menjadi ajang taruhan, namun hasilnya saya terima juga karena mereka yang memaksaku chery.
Untuk sekali lagi daku membuka lembaran selanjutnya, terasa air mata
daku sedikit berlinang
17 feb 2013
Aku sangat senang karna bisa jalan bersamamu, saya tau kau tak banyak bimetode namun itulah yang membuatmu menarik, namun ada hal yang ku benci mereka membuntutiku chery, mereka menyuruhku menyatakan cinta padamu sejujurnya saya sangat senang untuk menyatakan cinta padamu, tapi saya tak mau endingnya kau tau bahwa ini soal taruhan. Di bus saya merasa sangat gugup saya khawatir kau tak mendapatkan cintaku tapi syukurlah kau menerimanya, chery asalkan kau tau saya tak peduli kau itu gendut atau buruk yang penting kini insan dimata Allah tuh sama chery…:) I LOVE U
Air mata menetes sedikit di pipi daku untuk membalikkan selembar kertas berikutnya
20 feb 2013
Aku agak terkejut memfokuskanmu, meminta izin padaku untuk diet, jujur saja
saya lebih suka kau yang apa adanya ;(
17 april 2013
Kamu manis banget chery, sempet pangling lihat kau yang sekarang, hembb, tapi banyak buanget yang ngincer kau sekarang… ;(
Tapi memfokuskanmu berlari dan meneriakkan namaku sudah membuatku senang
Dan akhirmya lembaran terkhir yang tulisannya nampak awut-awutan dan kertasnya separuh robek melekat tak terarah dakupun mulai membacanya dengan penasaran
01 mei 2013
Akhirnya kau memahaminya juga, kau nampak kecewa padaku terlihat dari raut air wajahmu, tamparan yang kau berikan itu kurang dan sangat kurang melambangkan kekecewaan dan kesakitanmu, maafkan saya chery…
Tapi ada sesuatu yang harus kukatakan bahwa saya mencintaimu sebelum teman-temanku mengajak taruhan alasan pertama saya menyukaimu adalah:
1. Kamu sama sepertiku, jujur dulu saya pernah gendut sama sepertimu, saya merasa kita satu nasib chery, dulu saya juga dibenci, dimaki, dibully, maka dari itu saya ingin melindungimu dari mereka
2. Aku suka kau apa adanya
3. Senyummu mengalihkan duniaku
daku berhenti membaca dan menangis tersegan-segan tapi goresan pena didalam diary itu belum selesai menyerupai coretan yang agak tipis sehingga sanggup terbaca dengan sedikit kecutan di dahi.
Jangan beri tahu siapapun kalau kau mencintaiku, biarkan saya yang memberi tau dunia bahwa kau kekasih yang ku cintai.
I LOVE U CHERRY
Kalimatnya benar-benar terhenti dan untuk sekali lagi daku menangis tersegan hingga pada saatnya ada sebuat balon yang terlihat dihadapan daku, di bawahnya terdapat juntaian coklat yang berinisial dark coklat, daku berharap kak medy yang datang, namun ternyata seorang anak kecil berparas ganteng mengacungkan balonnya dengan cepat daku menghapus airmata
“kakak tidak di izinkan menangis, nanti buruk loh…” ucap anak itu
“untuk kakak?” tanya daku polos sehingga anak itu menganguk pelan
“wah, makasih banyak ya bilang ke mamanya”
“kok ke mama sih?”
“jadi ke siapa?” tanya daku lagi
“ke kakak, yang itu!” menunjuk ke arah sebuah pohon yang rindang terdapat dibawahnya seorang laki-laki yang tak terang wajahnya tanpa berfikir panjang daku lansung memastikan sesuatu daku menghampirinya dengan deg-degan
“maaf…” belum sempat menuntaskan kalimat ia pribadi memotong
“itu diary kepunyaanku”
---the end------
Sekian cerpen cinta romantis karangan Meri Andini yang berjudul Rahasia di Balik Sang Mantan. Semoga ada nasihat yang bisa kita pelajari dari kisah singkat asmara diatas. Baca juga cerpen lucu atau cerita lucu terupdate.
Cerita Pendek Cinta lainnya:
- Cerpen Cinta Dalam Hati
- Andai Saja Waktu itu Dapat Ku Putar Kembali
- Cerpen Cinta : Cintaku Bertepuk Sebelah Tangan
- Cerpen Cinta Sedih : Semua Tinggal Kenangan
- Cerpen Cinta Sedih : Aku Ingin Tetap Melihatmu
- Cerpen Cinta Pertama: Cinta Pertamaku yang Abadi
- Cerpen Cinta Segitiga : Hati Munafik yang Berbimetode
- Cerpen Persahabatan : Kupilih Sahabat Dibanding Dia
- Cerpen Cinta Islami : Aku, Lenteraku dan Mataharinya
- Cerpen Motivasi : My Dream Comes True
Selamat membaca dan tidak di izinkan lupa ya "like & share" ke taman-teman kalian. :)
Advertisement