Hubungan antara Berbicara dengan Menyimak
Menurut Brooks (dalam Tarigan, 1990:4) berbicara dan menyimak merupakan acara komunikasi dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face-to-face communication. Hal-hal yang sanggup memberikan eratnya kekerabatan antara berbicara dan menyimak yaitu sebagai berikut:
Menurut Brooks (dalam Tarigan, 1990:4) berbicara dan menyimak merupakan acara komunikasi dua arah yang langsung, merupakan komunikasi tatap muka atau face-to-face communication. Hal-hal yang sanggup memberikan eratnya kekerabatan antara berbicara dan menyimak yaitu sebagai berikut:
- Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan menjiplak (imitasi).
- Kata-kata yang akan digunakan serta dipelajari oleh sang anak biasanya ditentukan oleh perangsang (stimuli) yang mereka temui dan kata-kata yang paling banyak memberi dukungan atau pelayanan dalam memberikan ide-ide atau gagasan mereka.
- Ujaran sang anak mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan masyarakat tempatnya hidup.
- Anak yang lebih muda lebih sanggup memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit daripada kalimat-kalimat yang sanggup diucapkannya.
- Meningkatkan keterampilan menyimak berarti membantu meningkatkan kualitas berbicara seseorang.
- Bunyi atau bunyi merupakan suatu faktor penting dalam meningkatkan cara pemakaian kata-kata sang anak. Oleh alasannya yaitu itu, sang anak akan tertolong jikalau mereka menyimak ujaran-ujaran yang baik dari para guru dan lingkungan sekitarnya.
- Berbicara dengan dukungan alat-alat peraga akan menghasilkan penangkapan isu yang lebih baik pada pihak penyimak.
- Performansi atau penampilan membaca berbeda sekali dengan kecakapan berbicara.
- Pola-pola ujaran orang yang tunaaksara mungkin mengganggu pelajaran membaca bagi anak.
- Kalau pada tahun-tahun awal sekolah, ujaran membentuk suatu dasar bagi pelajaran membaca, maka membaca bagi belum dewasa kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan keterampilan berbicara mereka.
- Kosakata khusus mengenai materi bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Apabila muncul kata-kata gres dalam buku bacaan siswa, maka guru hendaknya mendiskusikannya dengan siswa supaya mereka memahami maknanya sebelum mereka mulai membacanya.
- Anak berguru berbicara jauh sebelum beliau sanggup menulis; dan kosakata, pola-pola kalimat serta organisasi ide-ide yang memberi ciri kepada ujarannya merupakan dasar bagi keterampilan menulis berikutnya.
- Anak yang telah sanggup berbicara dengan lancar biasanya sanggup pula menuliskan pengalaman-pengalaman pertamanya serta sempurna tanpa diskusi verbal pendahuluan tetapi beliau masih perlu membicarakan ide-ide yang rumit yang diperolehnya dari tangan kedua.
- Perbedaan-perbedaan antara berbicara dengan menulis juga ada, di antaranya, keterampilan berbicara atau komunikasi verbal cenderung ke arah kurang berstruktur, lebih sering berubah-ubah, tidak tetap dan biasanya lebih kacau dan membingungkan daripada komunikasi tulis. Komunikasi tulis cenderung lebih unggul dalam isi pikiran maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa dan jauh lebih teratur dalam pengertian ide-ide. Penulis biasanya telah memikirkan dalam-dalam setiap kalimat sebelum beliau menulis naskahnya. Selain itu, beliau juga sering mengusut serta memperbaiki kalimat-kalimatnya beberapa kali sebelum beliau menuntaskan tulisannya.
- Pembuatan catatan serta denah atau rangka ide-ide yang akan disampaikan pada suatu pembicaraan akan menolong siswa untuk mengutarakan ide-ide tersebut kepada para pendengar. Para siswa harus berguru berbicara dari catatan-catatan, dan mereka membutuhkan banyak latihan berbicara dari catatan supaya penyajiannya tidak terputus-putus.
Advertisement