Sukses Beretorika dengan Baik - Beretorika (berpidato) merupakan seni berbicara didepan umum, merupakan bentuk komunikasi eksklusif yang dituangkan dalam bentuk kata-kata oleh pembicara (orator) kepada target pidato (khalayak). Sebagai seni berbicara, maka berpidato memerlukan keahlian bagi seorang orator. Untuk mendapatkan keahlian tersebut, seorang orator harus sering melaksanakan latihan serta mengetahui juga langkah-langkah untuk mendapatkan keterampilan dan seni berbicara tersebut. Hal-hal yang harus dikuasai oleh seorang orator yaitu gerak-gerik dan mimik ketika berpidato, mengetahui bahasa yang baik dalam berpidato serta faham akan pentingnya humor dalam berpidato.
1.Sikap Gerak-Gerik dan Mimik
Dalam sebuah pidato sikap pembicara, gerak-gerik dan juga mimiknya sangat diharapkan supaya bahan yang disampaikan sanggup diterima dan juga tidak membosankan pendengar. Gerak-gerik ialah gerak tubuh atau gerak tubuh ketika merespon suatu kata atau kalimat yang diucapkan ketika berpidato.
Gerak-gerik dan mimik yang tepat sanggup menunjang keefektifan berbicara. Pembicara juga terjaga dari kekakuan. Hal-hal yang penting selain menerima tekanan juga sanggup dibantu dengan gerak tangan atau mimik. Hal ini sanggup menghidupkan komunikasi biar pembicara juga terjaga dari kekakuan
Seorang pembicara harus tampil dengan berani di depan pendengarnya. Sikap percaya diri merupakan kunci utama untuk berani berbicara di depan umum. Sikapnya harus hening dikala berbicara. Pendengar akan sanggup diyakinkan bila pembicara berbicara dengan penuh keberanian dan percaya diri yang tinggi. Sebaliknya, jikalau seorang pembicara berbicara dengan malu-malu dna kurang percaya diri maka pendengar akan mewaspadai dapat dipercaya dari pembicara, apalagi hal yang sedang dibicarakan olehnya.
Selain itu, seorang pembicara yang lancar dalam berbicara akan memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraanya. Sering kita mendapatkan seorang pembicara yang berbicara terputus-putus atau terbata-bata. Hal ini akan mengganggu daya simak pendengar. Pembicara yang terlalu cepat juga akan mempersulit pendengar menangkap pokok pembicaraan. Pembicara yang baik harus berbicara dengan lancar, tidak terlalu cepat dan tidak juga terlalu lambat.
Jika kita sedang memberikan pidato atau presentasi kita harus mengetahui pentingnya pemahaman 55% visual dan 38% paralanguage. Oleh lantaran itu, kita harus mengetahui tips-tips dibawah ini:
- Cobalah untuk tidak bangun saja, khususnya jikalau terdapat podium. Lakukan gerakan biar pendengar tetap terjaga.
- Jika terdapat podium, cobalah untuk tidak memegang dekat podium tersebut. Itu hanya akan memperlihatkan sikap keragu-raguan kita.
- Jaga kepala biar tetap tegak.
- Perhatikan lengan kita dengan telapak tangan selalu menghadap ke atas.
- Jika kita mengacu pada layar, jangan lupa untuk menjaga biar tubuh bab depan tetap menghadap ke arah pendengar.
- cobalah untuk tidak melihat ke bawah, baik itu melihat catatan maupun lantai.
- Sesekali gunakan kontak mata dengan semua pendengar dengan cepat. Para pendengar seakan-akan ingin melihat kita berbicara dengan para pendengar. Cara ini mengesankan keramahan dan dapat dipercaya kita yang tinggi.
- Variasikan gaya penyampaian kita dengan mengubah ritme suara, menyerupai kenyaringan dan naik-turun suara.
- Jika para pendengar mulai bosan, kita sanggup sejenak mengubah topik atau menghentikan presentasi (jika memungkinkan).
2. Bahasa dalam Berpidato
Bahasa merupakan wahana komunikasi utama manusia. Dalam arti luas, bahasa budaya mempunyai dua ciri utama; pertama, bahasa dipakai dalam proses transmisi pesan, kedua; bahasa merupakan isyarat yang penggunaannya ditentukan bersama oleh warga suatu kelompok atau masyarakat.
Untuk mempelajari dunia sekeliling kita, bahasa menjadi peralatan yang sangat penting dalam memahami lingkungan. Melalui bahasa kita sanggup mengetahui sikap, sikap dan pandangan suatu bangsa, meski kita belum pernah berkunjung ke negaranya. Pendek kata bahasa memegang peranan penting bukan saja dalam kekerabatan antarmanusia, tetapi juga dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pewarisan nilai-nilai dari generasi pendahulu kepada generasi pelanjut.
Bahasa membuatkan pengetahuan kita, biar kita sanggup mendapatkan sesuatu dari luar dan juga berusaha untuk menggambarkan ide-ide kita kepada orang lain. Dalam retorika bahasa sangat penting untuk dikuasai oleh seorang pembicara/nara sumber lantaran dengan mengusai bahasa, pesan yang disampaikan akan lebih gampang diterima oleh khalayak.
3. Gaya Lisan
Gaya ekspresi merupakan kualitas berbicara yang terperinci dibedakan dengan bahasa tulisan. Susunan kata dan tata bahasa yang Anda gunakan tidak sanggup berbicara persis menyerupai yang Anda tulis. Berdasarkan pengamatan sejumlah goresan pena dan pengamatan dari beberapa peneliti, De Vito (1965, 1990) menyatakan bahwa pada umumnya bahasa ekspresi terdiri dari kata-kata yang lebih sederhana, lebih pendek, dan lebih terkenal daripada kata-kata dalam bahasa tulisan. Bahasa ekspresi mengandung sejumlah besar istilah referensi sendiri, ungkapan, istilah yang kuantitatif semu (misalnya banyak, sangat, berbagai, sejumlah), lebih banyak mengandung pernyataan yang menyatukan pembicara sebagai bab dari pengamatan, dan lebih banyak memakai kata benda daripada kata keterangan. Sebagaian besar gaya berbicara ini harus dipertahankan di dalam pembicaran di depan umum, namun harus diberikan polesan gaya yang diperkirakan cocok untuk keperluan bericara dan paling efektif dalam mengomunikasikan maksud kepada khalayak pendengar.
Berikut ini fatwa dalam menyusun pidato dalam rangka menghasilkan gaya ekspresi yang memperhatikan kesempurnaan dan persuasif:
- kita bicarakan dahulu bagaimana menentukan kata untuk mencapai gaya pidato yang efektif.
- kita akan mengupas beberapa saran dalam menyusun gaya kalimat yang menawarkan kejelasan dan penguatan.
4. Pilihan Kata
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Maksudnya biar gampang dimengerti oleh pendengar. Pendengar akan lebih gampang paham bila kata-kata yang dipakai sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya kata-kata terkenal tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang berasal dari bahasa gila yang jarang dikenal oleh pendengar. Pendengar akan lebih tertarik dan bahagia mendengar jikalau pembicara berbicara dengan terperinci dalam bahasa yang dikuasainya. Pilihan kata juga diubahsuaikan dengan pokok pembicaraan. Jika pokok pembicaraan ialah dilema ilmiah, tentu penggunaan kata istilah tidak sanggup dihindari dan pendengar pun akan sanggup memahami lantaran pendengarnya biasanya orang yang mengerti bidang yang sedang dibicarakan.
Uraian dalam gaya bericara harus merupakan tujuan utama dalam berpidato. Berikut fatwa untuk membuat pembicaran yang lebih jelas.
- Yang ringkas, contoh warnanya biru, pukul 21.00 malam hari
- Gunakan istilah dan angka spesifik, referensi lebih baik katakan anjing daripada makhluk hidup
- Gunakan ungkapan yang memandu contoh pendapat saya berikutnya ialah …, coba kita perhatikan bagaimana cara.
- Gunakan istilah pendek, populer, dan umum, referensi lebih baik mengatakan menggali daripadamengorek keterangan
- Gunakan ulangan dan ringkasan internal
- Gunakan kata kerja aktif, referensi lebih baik manajemen menemui kita besok daripadamanajemen akan berada di sini besok.
- Gunakan teknik berpidato, perhatikan aliterasi, hiperbola, metafora, metonimi, personifikasi, pertanyan retorik, dan simile
- Gunakan indera, rangsang indera perasaan khalayak
- Indera penglihatan, dalam menguraikan obyek ciptakan bayangan seakan-akan khalayak melihatnya mulai visualisasi tinggi, berat, warna, berntuk, besaran
- Indera pendengaran, rangsang khalayak untuk menguraikan bunyi, misal angin mendesisi, teriakan guru
- Indera perasa, gunakan istilah yang merangsang perasaan pendengar, misal halusnya kulit bayi yang gres lahir, kasarnya kertas ampelas
- Kesesuaian, mengikuti fatwa untuk membantu menentukan bahasa yang sesuai
- Berbicara pada formalitas yang sesuai, contohnya ucapkan takkan daripada tidak akan
- Hindari kata asing, jargon, kata teknis, dan singkatan. Memang beberapa kependekan tak gila bagi pendengar, namun harus hati-hati lantaran tidak semua pendengar paham. Oleh lantaran itu, penggunaan kependekan harus diikuti oleh klarifikasi artinya.
- Hindari siang dan ungkapan vulgar, dilarang menyinggung perasaan pendengar
- Hindari istilah dan ungkapan yang ofensif, misal lebih baik menyebut pemain drama daripadadramawan
- Gaya personal, lebih baik pembicara yang bericara dengan mereka daripada berbicara kepada mereka
- Gunakan kata ganti orang, misal lebih baik ia, saya, anda daripada seseorang
- pertanyaan eksklusif ke khalayak, mengajak pendengar untuk menjadi bab program dari pembicaraan
- Ciptakan kesiapan, lebih baik mengatakan Anda akan menyukai membaca… daripadaSetiaporabg akan menyukai membaca…
- Penguatan, dengan mengendalikan perhatian, pikiran dan perasaan khalayak, dengan bahasa yang menguatkan
- Hilangkan yang melemahkan, misalnya rasanya, berdasarkan pendapat saya
- Hindari kata umum dan klise, misalkan saya tidak mengetahui seni modern, tetapi saya tahu apa yang saya sukai atau ungkapan klise seperti manis menyerupai madu
- Mainkan intensitas bunyi dengan derajat inetnsitas gaya yang berbeda-beda untuk membuat suasana yang mendalam
Pidato yang efektif memerlukan perhatian khusus dalam pembentukan kalimat. Berikut ini beberapa pedomannya.
- Pilih kalimat pendek
- Pilih kalimat langsung, contohnya lebih baik mengatakan Kita tidak usah mendapatkan rancangan … saya tunjukkan kepada Anda tiga alasan daripada Saya ingin memberitahu Anda mengenai tiga alasan mengapa kita tidak perlu mendapatkan rancangan …
- Pilih kalimat aktif, lebih baik mengatakan Manajemen menyetujui anjuran itu daripadaProposalnya disetujui oleh manajemen
- Gunakan kalimat yang positif, lebih baik mengatakan kami menolak anjuran itu daripada kami tidak mendapatkan anjuran itu
- Variasi jenis dan panjang kalimat.Kalimat harus pendek, langsung, aktif, dan positif memang benar, namun terlalu banyak kalimat yang jenis dan panjangnya sama akan terasa membosankan. Gunakan variasi dalam pembentukan kalimat sementaras dengan tetap memperhatikan fatwa umum di atas.
5. Humor dalam berpidato
Humor dalam sebuah pidato sangat diharapkan dengan tujuan supaya lezat didengar dan juga pembicaraan menjadi lebih hidup. Para andal retorika, mengukur, minimal dua humor dalam satu jam ceramah, tidak menyimpang dari makna dan tujuan dakwah, humor tidak bertentangan dengan essensi dakwah yang mengandung undangan kepada kebaikan sekaligus pencegahan dari kemungkaran.
Patokan humor (Alan Butcwater, 1990) yaitu:
- Sesuai dengan konteks pembicaraan
- dapat dimengerti impulsif oleh pendengar
- Mampu menggugah daya nalar
Pidato Selanjutnya
Contoh Pidato Belajar Yang Sukses
Contoh Pidato Amanat Pembina Upacara
Contoh Pidato Hari Pendidikan Nasional
Advertisement